Hari ini sabtu malam,
malam minggu atau hari apalah boleh sesukamu menyebutnya.
Seperti biasa, hari ini
harusnya jadi hari yang nyenengin atau seenggaknya bisa sejenak kuhabiskan
waktu sama kamu. Iya kamu, siapa lagi?
Dan emang bener, yang
namanya kesabaran harus diuji lagi, yang namanya jarak sama komitmen mesti
diuji sama yang namanya tugas. Ya, kami memang masih disibukkan dan dibuat
sibuk sama yang namanya tugas. Dari mana? Mana aja tentunya.
Harusnya hari ini bisa
ketemu untuk sekadar bertemu melepas rindu tiga minggu yang udah berlalu.
Harusnya sabtu jadi hari bertemu antara seorang ratu dan aku. Ah kalau harusnya
terus aku pengennya bisa harusnya ditarik 2 tahun kemarin, biar gimana caraku
ke kamu sang ratu bisa berubah, bukan berubah tepatnya, diperbaiki.
Waktu selalu emang gak
pernah bohong kalau dia akan terus berjalan, dan aku tau kalau pasti nanti ada
waktuku sama kamu. Percaya deh, sehari tetep 24 jam, sejam tetep 60 menit,
semenit tetep bakal 60 detik. Gak perlu ditunggu ataupun diputar, yang namanya
waktu emang udah ada alurnya kok.
Kamu, yang tak pernah
berlalu, yang tak pernah beranjak dari penglihatanku, maafku karena hari ini ku
tak bisa bertemu, bukan ku tak mau atau ku ingin bisu di depanmu. Tapi kutau
kau banyak perlu untuk masa depanmu. Kamu, yang selalu aku rindu, ratuku, ah
terlalu banyak nada u-u-u-u tapi biarlah karena ini emang tentang kamu.
Aku ingin banyak
bercerita hari ini, harusnya. Aku ingin banyak bersua hari ini, harusnya. Aku
ingin memboncengkanmu, harusnya. Ah, lagi-lagi harusnya. Tapi aku emang pengen
semua itu, aku kangen semua itu.
Kamu tau hari ini aku
bimbingan dan ternyata itu sekalian ujian, seenggaknya aku udah tenang karena
udah gak ada tanggungan. Tapi aku selalu ada beban karena hari ini tak bisa ke
Semarang. Masalahnya bukan Semarang, tapi emang semuanya gak tentu.
Dariku untuk ratuku
yang selalu menunggu, selalu.
0 komentar:
Posting Komentar